Luapan emosi marah kerap kali terjadi pada anak bila mereka tidak dapat mendapatkan apa yang diinginkannya atau merasa tidak ada yang memahami mereka. Luapan emosi tersebut dapat terjadi dalam bentuk berupa teriakan, memukul diri sendiri atau orang lain dan membuang atau melempar barang disekitar. Namun sebagai pendidik dan orangtua, kita perlu memberikan pemahaman kepada anak agar dapat mengendalikan emosinya secara tepat.
Beberapa penelitian terdahulu ditemukan bahwa anak autisme mengalami ketidakmampuan untuk melakukan kontak afeksi dengan orang lain dan sulit membaca ekspresi orang lain, mengalami kesulitan mengenali emosi-emosi tertentu (Castelli,2005), dan kesulitan mengekpresikan emosinya.
Sistem limbik salah satu bagian otak yang mengalami kelainan pada anak autisme memiliki peranan yang penting dalam proses emosi pada anak autisme. Gangguan pada sistem limbik yang meruakan pusat emosi mengakibatkan anak autisme kesulitan mengendalikan emosi, mudah mengamuk, marah, agresif, menangis,takut pada hal- hal tertentu dan mendadak tertawa.
Mencegah luapan emosi yang tidak terkendali pada anak bukanlahhal yang mudah, terutamabilahaliniterjadipadaanakdenganautisme. Karakteristik anak dengan autism berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang dapat langsung mengerti ketika diinstruksikan, ada yang sudah mampu mengendalikan emosinya, namun ada pula yang justru akan menjadi marah.
Berikut beberapa hal yang bias dilakukan untuk mengendalikan emosi marah pada anak autisme :
1. Cari Tahu Penyebabnya
Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa setiap anak dengan autism memiliki karakter yang berbeda-beda. Maka kita perlu mencari tahu terlebih dahulu penyebab dari marah yang dialami anak, agar dapat mempermudah kita untuk membantu menenangkan anak. Misalnya anak merasa kesulitan menyusun puzzle. Dengan mencari tahu penyebabnya, maka akan memudahkan kita untuk membantu anak mengendalikan emosinya. Mencari tahu penyebab dari suatu masalah yang menimpa anak juga dapat dapat membangun rasa percaya pada diri anak bahwa ada orang lain yang dapat memahami kondisi yang sedang dialaminya, sehingga anak pun dapat lebih tenang dalam menghadapi kesulitan/masalah yang dihadapinya.
2. Alihkan Pada Kegiatan yang Lain
Ketika anak akan meluapkan emosinya karena tidak terpenuhinya keinginan yang dimaksud, maka orang tua dapat mengalihkan perhatian anak pada tugas yang lain. Misal mengajak anak bermain di luar rumah seperti bermain bola, bermain bubble, dll untuk membantu anak meluapkan emosinya.
3. Ajarkan Anak Untuk Menenangkan Diri
Melatih anak untuk dapat menenangkan diri disaat merasakan gejolak emosi merupakan suatu hal yang baik untuk dilakukan. Ajarkan anak untuk dapat mengenali tanda-tanda luapan emosinya dan bagaimana cara mengatur emosinya dengan baik. Latih anak dengan menghela nafas dan menghembuskan nafas merupakan salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu anak mengelola emosinya. Hal ini juga dapat menjadi bekal bagi anak di masa depan agar dapat meregulasi emosinya secara tepat.
4. Memberi Waktu Kepada Anak
Ketika menemui anak yang sudah mulai terlihat marah, hal yang perlu dilakukan adalah diam. Berikan kesempatan pada anak untuk meluapkan emosi mereka, namun tetap dalam pengamatan untuk mencegah hal- hal yang tidak diinginkan. Ketika amarahnya sudah mulai reda, dekati anak dan ajak anak berbicara. Dengarkan keluh kesah yang dirasakan anak dan berikanlah nasihat kepada anak tentang emosi yang dirasakannya, seperti bagaimana cara mengendalikan emosinya, apa dampaknya bila meluapkan emosi dengan melempar barang, maupun menyakiti dirinya dan orang lain.